Kasus pemanasan global atau ‘Global Warming’ merupakan satu topik hangat yang mencemaskan seluruh dunia secara umum dan Indonesia secara khusus, gerakan pencegahan pemanasan global mulai gencar dilakukan oleh banyak pihak.
Salah satu upaya signifikan yang ada adalah pembuatan film dokumenter berjudul An Inconvenient Truth yang diinspirasi oleh pejuang Albert Gore, Jr. mantan wakil presiden Amerika Serikat, dalam mengingatkan dunia akan dampak pemanasan global. Film dokumenter itu berisi fakta kebenaran yang menggelisahkan tentang ‘nasib’ bumi di masa yang akan datang. Menurut film tersebut, dunia boleh menanggapi terorisme sebagai musuh terbesar saat ini. Tetapi sesungguhnya, musuh terbesar dunia adalah berbagai bencana yang ditimbulkan oleh pemanasan global saat ini. Gejala-gejala kearah tersebut sudah mulai tanpak beberapa tahun terakhir ini diantaranya adalah:
“Salju dipegunungan Kilimanjaro (Afrika) dan berbagai gletser di sejumlah Negara (Grinnel, Boulder dan Columbia di Amerika Serikat; AX010 di Kilimanjaro, Nepal; Adamello Madron di Italia; Tschierva dan Rhone di Swiss; serta beberapa glister lainya di Peru dan Argentina) sudah menipis. Naiknya tempratur air laut telah menimbulkan sejumlah badai topan: topan Jeanne dan Ivan di Florida serta topan Francesdi laut Atlantik (September 2004), sejumlah topan di perairan Jepang (2004), topan Emily di Karibia-Brasil dan topan Dinnis di Florida (Juli 2005), serta topan Katrina di California (Agustus 2005). Sementara di berbagai dunia terjadi badai topan dan banjir, di belahan dunia lainnya justru terjadi kekeringan, seperti: Darfur-Sudan dan Nigeria. Situasi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Bulan Juli lalu, hujan masih mengguyur beberapa wilayah di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi, tetapi kekeringan mulai terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa.” Atau harian Kompas, pada beberapa edisi bulan Juli dan Agustus tahun lalu melaporkan berbagai dampak pemanasan global pada anomaly iklim yang sedang terjadi, sebagai berikut:
“Cuaca ekstrim telah melahirkan berbagai bencana seperti badai, banjir dan tanah longsor, di Cina, Jepang, India, Banglades, Nepal, Filiphina dan Indochina. Hal ini perlu disikapi secara serius, sebab sebagian besar dari Negara-negara tersebut, selama ini telah menjadi sentra produksi beras. Banjir besar juga terjadi di sejumlah wilayah di Inggris, Swiss dan Sudan. Gelombang udara panas terjadi beberapa tahun lalu di Argentina dan Amerika Serikat. Air di sejumlah waduk di Indonesia mulai mengalami penyusutan dan sumber-sumber air bersih pun mulai mengering seperti yang dialami di daerah Malang dan sekitarnya pada bulan Juni dan Juli.”
Bagaimana sikap orang Kristen saat ini menyikapi masalah ini?. Apakah orang Kristen dan gereja mau membahas persoalan tersebut?. Alam semesta sebagai tempat manusia hidup dan berkembang biak serta tempat dimana manusia harus menjalankan mandat untuk mengelola memelihara dan melestarikan, namun kalau dilihat masih kurangnya peran orang Kristen untuk memelihara lingkungan ini serta gereja-gereja yang jarang membicarakan masalah ini di ibadah dan juga sekolah-sekolah teologi. Secara khusus melihat hal ini penulis ingin membahasnya dari sudut pandang peran orang Kristen.
“Salju dipegunungan Kilimanjaro (Afrika) dan berbagai gletser di sejumlah Negara (Grinnel, Boulder dan Columbia di Amerika Serikat; AX010 di Kilimanjaro, Nepal; Adamello Madron di Italia; Tschierva dan Rhone di Swiss; serta beberapa glister lainya di Peru dan Argentina) sudah menipis. Naiknya tempratur air laut telah menimbulkan sejumlah badai topan: topan Jeanne dan Ivan di Florida serta topan Francesdi laut Atlantik (September 2004), sejumlah topan di perairan Jepang (2004), topan Emily di Karibia-Brasil dan topan Dinnis di Florida (Juli 2005), serta topan Katrina di California (Agustus 2005). Sementara di berbagai dunia terjadi badai topan dan banjir, di belahan dunia lainnya justru terjadi kekeringan, seperti: Darfur-Sudan dan Nigeria. Situasi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Bulan Juli lalu, hujan masih mengguyur beberapa wilayah di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi, tetapi kekeringan mulai terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa.” Atau harian Kompas, pada beberapa edisi bulan Juli dan Agustus tahun lalu melaporkan berbagai dampak pemanasan global pada anomaly iklim yang sedang terjadi, sebagai berikut:
“Cuaca ekstrim telah melahirkan berbagai bencana seperti badai, banjir dan tanah longsor, di Cina, Jepang, India, Banglades, Nepal, Filiphina dan Indochina. Hal ini perlu disikapi secara serius, sebab sebagian besar dari Negara-negara tersebut, selama ini telah menjadi sentra produksi beras. Banjir besar juga terjadi di sejumlah wilayah di Inggris, Swiss dan Sudan. Gelombang udara panas terjadi beberapa tahun lalu di Argentina dan Amerika Serikat. Air di sejumlah waduk di Indonesia mulai mengalami penyusutan dan sumber-sumber air bersih pun mulai mengering seperti yang dialami di daerah Malang dan sekitarnya pada bulan Juni dan Juli.”
Bagaimana sikap orang Kristen saat ini menyikapi masalah ini?. Apakah orang Kristen dan gereja mau membahas persoalan tersebut?. Alam semesta sebagai tempat manusia hidup dan berkembang biak serta tempat dimana manusia harus menjalankan mandat untuk mengelola memelihara dan melestarikan, namun kalau dilihat masih kurangnya peran orang Kristen untuk memelihara lingkungan ini serta gereja-gereja yang jarang membicarakan masalah ini di ibadah dan juga sekolah-sekolah teologi. Secara khusus melihat hal ini penulis ingin membahasnya dari sudut pandang peran orang Kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau Senang Komentar Aja...